Translate

Jumat, 25 Mei 2012

Alternatif dari Radikal



Demonstrasi mahasiswa hari-hari belakangan ini sedang disorot publik. Berungkali demonstrasi mahasiswa berujung bentrok. Sejumlah pihak menyebutnya sebagai indikator bahwa gerakan mahasiswa semakin radikal. Terdapat pula analisis mengapa demonstrasi mahasiswa seringkali berakhir dengan baku hantam. Misalnya baku hantam terjadi karena semata-mata konsekuensi dari ‘kondisi lapangan yang tidak terduga’. Meski dapat diterima, mengapa gerakan mahasiswa mengambil sikap ‘siap’ bentrok dengan aparat? ini sebenarnya tidak harus terjadi apabila mahasiswa tidak hanya berfokus pada tuntutan tanpa ada jalan keluar serta momentum..

Ada jalan alternatif yang harus di tempuh dalam karakteristik gerakan mahasiswa yang memanfaatkan momentum membuat erakan ahasiwa menjadi spontanitas. Pola ini dapat dicermati dari isu demonstrasi: menolak atau menuntut (pemenuhan atau pembatalan kebijakan). Padahal gerakan mahasiswa mestinya dapat melangkah menjadi gerakan pemersatu dengan isu demonstrasi: menawarkan. Pada banyak isu demonstrasi, gerakan mahasiswa baru bergerak ketika isu atau kebijakan beberapa saat lagi akan ditetapkan. Sangat jarang isu disikapi ketika sedang dirumuskan oleh pemerintah atau dewan.

Gerakan pemersatu yang dilakukan selama ini masih banyak bermain pada wilayah normatif dan seremonial (memanfaatkan momentum). Misalnya demonstrasi dengan isu mencintai lingkungan, umumnya memanfaatkan momentum Hari Bumi. Sesaat setelah seremoni usai, Gerakan Mahasiswa dengan cepat berganti isu. Gerakan pemeratu gerakan mahasiswa sebenarnya strategis untuk digarap. Misalnya berdemonstrasi menawarkan alternatif yang sedapat mungkin runut, dan sistematis tidak sekedar bahasa jargon dalam poster demonstrasi pada isu-isu aktual yang sedang terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar